Today saya tidak sengaja melihat sebuah berita atau lebih tepat cerita, ya kalian tahu kita menulis di twitter tidak bisa sepanjang menulis di facebook. Ketika saya melihat ada retweet dari metro tv yang meretweet salah satu newscaster Putri Ayuningtyas di metro tv yang sedang mempromosikan acara tv di metro tv yaitu dia menuliskan seperti ini "Editing utk besok.Cerita ttg pendidikan anak2 Puncak Jaya Papua sungguh mengaduk emosi .... :((". Setelah itu saya klik @tiga60 disitu twiit yang lebih tepatnya menuju ke tema tentang kehidupan di Puncak Jaya Wamena dan sekilas ulasan-ulasan tulisan tentang kehidupan diPuncak Jaya. Saya sempat miris sekali membaca tweet demi tweet yang di posting saya tidak bisa mendeskripsikan bagaimana jika saya berada disana dan menjadi bagian orang-orang yang tulus mengajar tanpa ada rasa takut, sebenarnya rasa takut pasti ada tapi sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk memberikan segenap jiwa dan raga mereka tanpa pamrih. Saya tidak sempat mengikuti dengan menonton acara tv.nya maklum di dalam kamar kost saya tidak tersedia tv jadi saya sedikit agak "kudet".hehe Saya sebagai orang yang dilahirkan di Papua ya lebih tepatnya di Jayapura di ibu kota Papua sudah sangat prihatin melihat kehidupan di Puncak Jaya apalagi mendengar keluh kesah para tetangga saya yang mendapat tugas di sana, hati serasa di iris-iris betapa tidak dana anggaran yang sduah diberikan pemerintah untuk mereka tidak tau mengalir bak banjir yang entah kemana dan apa yang di pergunakan.Mereka selalu menuntut bahwa kami para pendatanglah yang menyebabkan mereka sengsara, mereka selalu dijajah kami padahal tidak seperti itu jika pemikiran kami dan mereka saling bertautan pasti tidak ada pendiskriminasi antara kami dengan mereka malah bisa jadi relationship yang baik. Saking sengsaranya mereka, mereka ingin memerdekakan diri mereka melepas diri dari NKRI. Menurut saya itu tidak akan efektif, buktinya Timor-timur melepaskan diri dari NKRI tetap saja tidak maju. Saya yakin jika pemerintah mau mendengarkan aspirasi mereka tidak akan ada korban yang berjatuhan dari polisi, tentara, dll yang ikut mengamankan. Tentunya solusinya bukan ke arah "merdeka". Membaca twiit dan melihat foto-fotonya saya jadi ingin seperti mereka dengan tanpa berat hati, dengan ikhlas tanpa pamrih mengajar dan memberikan segala yang mereka punya, jadi seperti punya pengalaman di bidang sosial, mungkin suatu saat nanti saya akan mencoba seperti mereka melakukan gerakan yang "besar" menurut aku, yang dilakukan dengan ketulusan dan aku berdoa semoga mereka dapat balasan yang setimpal 4 jempol deh buat mereka :) ok. I will share my writings are read on twiit & share pictures prove that a small movement will make changes in the world although no strings attached.
1. Apa yang ditemui di Papua, yang memaksanya berpakaian lengkap seperti ini.. pk. 20.05 WIB. "Inini demi keamanan, jadi harus memakai rompi anti peluru seperti ini miris yaa :'("
Orang Jakarta demo, gara2 harga BBM naik mjd 6.500/liter. Di Papua BBM 70 ribu/liter... , pk. 20.05 WIB "i say "WOW" sambil geleng-geleng kepala
“Beli beras.. harus pikul jalan kaki 2 hari... Ikan, 350 ribu 1 ekor..” , pk. 20.05 WIB
2. Jalan kaki puluhan KM adalah keseharian bagi mereka.. pk. 20.05 WIB
“Semua serba mahal disini.. Yang tidak mahal, hanya nyawa..” – Tonci, , pk. 20.05 WIB. "saya sering mendengar kasus ini dari para tetangga saya yang bertugas disana kira2 harganya dua bahkan 3x lipatnya dari Jayapura".
Kata damai harus “ditukar” dengan rokok, gula, dan beras... , pk. 20.05 WIB
3. Tatkala pendidikan anak-anak ini terbengkalai.. "inilah Papua dengan segala ketertinggalan dengan teknologi yang sudah semakin maju"
Mereka ada ketika tak seorangpun mau mengajar anak2 di wilayah berbahaya. pk. 20.05 WIB
Ratusan anak, 6 kelas, dan hanya 2 guru dadakan... pk. 20.05 WIB
Modal di kawasan rawan konflik: senjata & kapur.. Serta hati yang tulus.. pk. 20.05 WIB "terharu, segala metode mereka lakukan untuk menaklukkan hati mereka"
“kita gak cari uang... Mereka anak-anak, yang harusnya punya pendidikan.. Itu motivasi kita..” – Irwan, pk. 20.05 WIB
4. “Saya masih bangga jadi polisi..” – Tonci, pk. 20.05 WIB "hmm aku ga bisa berkata apa-apa lagi, biasanya polisi dengan kearoganasinya ini benar-benar tulus ikut ngajar mereka" semoga cepat naik pangkat ya pak :)
3. Uang bukanlah tujuan.. Mendidik adalah pilihan.. di pk. 20.05 WIB
Di tengah biaya mahal & desingan peluru.. Mereka mengabdi. Bukan dgn senapan, tp kapur. .. Sesaat lagi di
me says : terima kasih tuhan kau telah mengirimkan orang-orang yang tulus memberi diantara hiruk pikuk manusia yang menghamba dengan uang, terima kasih tuhan kau telah mengirimkan orang-orang bisa memberikan perubahan terhadap dunia, semoga kelak aku menjadi bagian dari mereka.. Bersyukur..bersyukur..bersyukur atas segalanya yang diberi tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar